KEPENGURUSAN HMI CABANG KUPANG PERIODE 2008-2009

{ Posted on 5:21 AM by HMI Cabang Kupang }
KEPENGURUSAN HMI CABANG KUPANG PERIODE 2008-2009

Setelah melewati proses KONPERCAB XXIII HMI Cabang Kupang yang telah diselenggarakan pada tanggal 22 – 25 Juni 2008 lalu yang mengamanahi saudara Abduh Hamid Koli Hobol sebagai ketua umum/ formatur, maka moment pelantikan pun digelar pada tanggal 27 Agustus 2008. Pada seremonial pelantikan ini dihadiri oleh segenap anggota HMI Cabang Kupang, Alumni HMI Cabang Kupang, KAHMI Wilayah NTT, Organisasi kepemudaan lainnya, serta turut pula dihadiri oleh Gubernur Nusa Tenggara Timur. Pada kesempatan tersebut, Gubernur NTT menyempatkan untuk memberi sambutan dalam rangka terus memberi support kepada HMI khususnya untuk terus menjalin kerjasama dengan pemerintah daerah sebagai iktiar bersama membangun daerah NTT.
Surat keputusan (SK) Pengurus Besar HMI bernomor 11/KPTS/A/10/1429 tentang pengesahan pengurus HMI Cabang Kupang periode 2008-2009 kembali meneguhkan eksistensi kepengurusan dibawah pimpinan Ketua umum Abduh Hamid Koli Hobol. Berikut susunan pengurus HMI Cabang Kupang periode 2008-2009 :

KETUA UMUM : ABDUH HAMID KOLI HOBOL
Ketua Bidang Pemberdayaan Anggota : Abdul Rifai Betawi
Ketua Bidang Pembinaan Aparat Organisasi : Dahlan Anwar
Ketua Bidang Perguruan Tinggi Kemahasiswaan dan Kepemudaan : Zunaidin Harun
Katua Bidang Kewirausahaan dan Pengembangan Profes : Ruslan Daeng Macora
Ketua Bidang Partisipasi Pembangunan Daerah : Firmansyah A. D. Mara
Ketua Bidang Pemberdayaan Umat : Muhammad Abduh Kasim Koly
Ketua Bidang Pemberdayaan Perempua : Halimah Tusaadiah
Ketua Bidang HAM dan Lingkungan Hidup : Muhammad Jamhar Puru Duli

SEKRETARIS UMUM : JUMARDI NASIR
Wakil Sekretaris Umum : Sokan B Teibang
Wakil Sekretaris Umum : Junaidin Ali
Wakil Sekretaris Umum : Zulaika Bazher
Wakil Sekreraris Umum : Wahyudi Rachmad
Wakil Sekretaris Umum : Aristo Pua Mbey
Wakil Sekretaris Umum : Budiman Seran
Wakil Sekretaris Umum : Siti Hadija Tawil
Wakil Sekretaris Umu : Erwanti Arman
BENDAHARA UMUM : RISA H. SAPUTRI
Wakil Bendahara Umum : Murniati Salih


DEPARTEMEN – DEPARTEMEN

Departemen Diklat dan Pengembangan Anggota : Umar Camuda
Departemen Pembinaan Aparat dan Pengembangan Organisasi : Faijah Lasitarda
Departemen Perguruan Tinggi Kemahasiswaan dan Kepemudaan: Muhammad B Luma.
Departemen Pengembangan Lembaga Kekaryaan : Amin Suaka
Departemen IPTEK dan Informasi Pembangunan Daerah : Rasyidah Awaliah Saputri.
Departemen Pengkajian Ke – Islaman : Abdul Haris Nasution Kasim
Departemen Hubungan Lembaga dan Kajian Kewanitaan : Rahman Lada
Departemen HAM dan Lingkungan Hidup : Rahmawati Majid
Departemen Humas dan Administrasi Kesekretariatan : Ismanto Syarifudin Arkiang
Departemen Logistik dan Pengelola Sumber Dana : Mualim Syukur


SAMBUTAN KETUA PAO PB HMI

Di sampaikan pada pelantikan Pengurus HMI Cabang Kupang
25 oktober 2008
"Memperteguh Komitmen Ke-Umatan dan Ke-Bangsaan HMI
di Tengah Tantangan Global"
Assalau'alaikum, Wr, Wb.
Hadirin yang saya hormati….
Pada momentum ini, patutlah kita memanjatkan rasa syukur kita kehadirat Allah SWT yang memberikan kita kesempatan untuk melaksanakan pelantikan pada hari ini. Salawat dan salam juga kita haturkan kepada banginda Rasulullah Muhammad SAW, sang revolusioner yang membentuk peradaban baru bagi umat manusia.
Hadirin yang saya hormati…
Bangsa kita adalah bangsa dengan mayoritas penganutnya adalah beragama Islam. Sebagai mayoritas, tentu menjadi determinan penting dalam ikut mempengaruhi arah kepolitikan bangsa. Pada konteks demikian tentu saja segenap pilihan-pilihan politik umat Islam akan memunculkan reaksi, apresiasi, ataupun koreksi tidak saja di dalam negeri namun juga di luar negeri. Dan itulah konteks di mana umat Islam berada, yakni secara internal, dalam makna hubungan berbagai kelompok dan satuan sosiologis masyarakat dalam konteks negara kesatuan republik Indonesia, dan konteks hubungan eksternal. Dalam perkembangan selanjutnya, kedua konteks tersebut semakin mendapatkan energi geraknya dalam mempengaruhi dinamika kehidupan kita sebagai bangsa. Terlebih jika mempertimbangkan faktor globalisasi. Sebuah faktor penting yang tak mungkin diabaikan dewasa ini.
Globalisasi sebagaimana dikatakan Yusuf Qardhawi, seorang pemikir muslim kontemporer, mengandung arti menghilangnya batas-batas kenasionalan dalam bidang ekonomi dan membiarkan sesuatu bebas melintas dunia dan menembus level internasional, sehingga dapat mengancam nasib suatu bangsa atau negara. Globalisasi juga bisa berarti eliminasi batas-batas teritorial antara suatu bangsa dengan bangsa yang lain, antara tanah air yang satu dengan tanah air yang lain, antara kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang lain yang disebabkan adanya perkembangan secara pesat teknologi komunikasi, transformasi dan informasi.
Globalisasi ternyata telah merasuki wilayah kehidupan manusia yang semakin luas. Jika selama ini globalisasi berlangsung dalam wilayah kehidupan material seperti, ekonomi, budaya, dan politik, kini globalisasi telah merasuki wilayah non-material seperti etika. Kehawatiran yang kemudian muncul adalah manusia akan mengalami suatu krisis mendasar, yakni krisis dalam ekonomi global, ekologi global, politik global dan krisis pada dimensi lainnya. Krisis multidimensi global tersebut memunculkan berbagai nestapa umat manusia yang juga mengglobal, seperti kemiskinan, kelaparan, pengangguran, penindasan dan sebagainya. Kelangkaan wawasan etik, terutama dikalangan para penguasa politik dan ekonomi ikut mendorong merajalelanya pengrusakan dan korupsi yang secara sistematis mengarah kepada kerusakan dunia yang bersifat sistematis pula.
Salah satu sebab dan implikasi dari pernyataan ini tentu saja adalah apa yang terjadi di Amerika, sebagai contoh, sedikit ataupun banyak telah dirasakan imbasnya dalam kehidupan dalam negeri. Dan karenanya, mengetahui lebih jauh tentang dinamika politik umat Islam dan kaitannya dengan globalisasi menjadi sangat penting. Terlebih jika kita ingin mengetahui lebih jelas bagaimana umat Islam memainkan peran-perannya dalam dinamika yang sangat intens tersebut.
Dampak negative lain dari globalisasi yaitu berkembangnya beberapa kecenderungan hidup seperti, kecenderungan materialstik, indvidualistik, hedonistic, dan kehidupan manusiapun menjadi antroposentris, yakni berpusat pada manusia itu sendiri. Ini sedikit banyak sudah menggejala dalam kehidupan sebagian masyarakat Indonesia, terutama di kota-kota besar. Kecenderungan tadi merupakan tantangan umat beragama karena kecenderungan tersebut menunjukan adanya pertentangan atau penolakan terhadap nilai-nilai luhur agama. Kecenderungan ini dapat menjalar dengan mudah, yang apabila tidak diatasi dapat menghambat proses pembangunan masyarakat keagamaan.
Hadir yang terhormat…
Dalam konteks respons umat Islam, apresiasi atas perubahan di tingkat lokal maupun global memang senantiasa beragam. Ini terjadi karena setiap satuan kecil sosiologis umat Islam memiliki corak dan ragam penghayatan atas masalah yang berbeda-beda. Bahkan tidak jarang perbedaan tersebut menimbulkan gesekan dan konflik di tingkat masyarakat. Ragam penyikapan tersebut pada satu sisi harus diterima secara positif, dalam arti dinamika yang muncul di dalamnya harus ditempatkan sebagai energi penggerak umat Islam itu sendiri. Meskipun, di sisi yang lain, perlu antisipasi serius tatkala perbedaan tersebut, pada tahap tertentu, menjadi medium paling efektif bagi munculnya sosial-disorder. Antisipasi ini penting karena pergesekan yang terlalu intens bukan tidak mungkin akan menjadi pintu bagi munculnya eskalasi konflik berskala luas. Dan karena umat Islam adalah mayoritas, maka konflik yang terjadi di dalamnya pasti akan sangat mempengaruhi sendi-sendi kehidupan kita berbangsa dan bernegara. Antisipasi diperlukan terutama saat perbedaan yang meruncing dan bermuara menjadi konflik tersebut, mengancam eksistensi dan ketahanan nasional.
Dalam titik hubung antara dinamika umat Islam yang sangat beragam dengan kepentingan memelihara eksistensi dan ketahanan nasional itu, kiranya diperlukan formula strategi berjangka panjang yang efektif dan memadai, untuk mengakomodasi perbedaan gerak dan pemikiran umat Islam di negara kita. Formula ini penting terutama jika menghitung sensitifitas isu yang berkembang di kalangan umat Islam itu sendiri. Sejauh mana pengaruh yang ditimbulkannya di level masyarakat, dan seberapa tinggi intensitas pergesekannya. Terutama ketika harus menyikapi berbagai bentuk respons umat Islam atas realitas dan peristiwa global yang semakin intens dan kuat pengaruhnya terhadap kehidupan dalam negeri Indonesia.
Pemecahan problematika social, ekonomi, politik mungkin dapat dilakukan dengan proses pembangunan yang berkesinambungan lewat perencanaan ekonomi dan politik serta pemberlakuan hukum secara ketat, namun tidak akan cukup tanpa perubahan orientasi batin dan sikap mental dari masyarakat.
Dalam kaitan ini, agama memiliki peran dan peluang yang besar dalam mewujudkan suatu tatanan dunia baru yang berwawasan etika. Tawaran agama akan kehidupan yang teosentris atau kehidupan yang berpusat pada Tuhan merupakan penolakan terhadap kehidupan antrposentris, berbagai corak egoisme kemanusiaan, baik yang bersifat individual maupun yang kolektif, seperti dalam bentuk rasisme, nasionalisme, dan sekterianisme.
Dalam memperkuat usaha ketahanan nasional yang kuat, tentunya diperlukan sebuah kekuatan nasional yang besar dengan melibatkan semua struktur yang ada dalam masyarakat.
Sebagai bagian dari struktur masyarakat Indonesia dan satuan kecil sosiologis umat Islam Indonesia, HMI yang secara histories kelahirannya juga disebabkan karena kepedulian akan problem-problem keumatan dan keangsaan, dengan modal komitmen kebangsaan dan keumatannya harus ikut mengambil peranan yang aktif dalam dialektika bangsa ini.
Karenanya setiap hirarki dalam struktur kepengurusan HMI baik dari tingkat Pengurus Besar sampai struktur terkecil pada level komisariat perlu adanya kesadaran histories untuk selalu melanjutkan semangat para the Founding Father HMI secara kontinyu. Ini bisa terwujud dari kemandirian orientasi program dan perumusan kebijakan-kebijakan orgnisasi yang sistematis dan mengarah pada pembentukan kesejahteraan masyarakat, baik secara local, regional maupun nasional. Diharapkan bahwa setiap kebijakan orgaisasi tersebut selain untuk pemenuhan kebutuhan pengkaderan untuk memproduksi kualitas kader HMI dalam rangka meningkatkan SDM manusia Indonesia yang handal, juga harus bersinergi dengan kebijakan nasional baik secara formal maupun informal dari setiap satuan struktur masyarakat dan pemerintahan yang ada. Ini sangat penting untuk menyesuaikan arah pembangunan nasional secara berkelanjutan.
Mengakhiri sambutan ini, saya mengucapkan terima kasih kepada Ketua Umum HMI Cabang Kupang demosiner yang telah menahkodai HMI selama satu periode kepengurusan. Dan kepada Ketua Umum HMI Cabang Kupang beserta seluruh pengurusnya yang baru dilantik, saya ucapkan selamat berdialektika. Eksistensi dan kepedulian HMI Cabang Kupang kepada agama, bangsa, dan Negara selama satu periode mendatang berada dalam tanggungjawab saudara-saudari. Tanggungjawab bukan hanya bersifat kemanusiaan yang hanya dilakukan dalam mekanisme organisasi belaka, namun yakinlah bahwa kerja sdr/i, juga akan dipertanggujawabkan di hadapan Allah SWT. Oleh karena itu, selain sebagai mandataris komisarat yang dipercayakan untuk menjalankan organisasi pada tingkat cabang, setiap kepengurusan di HMI juga harus dimaknai dalam konteks ibadah kapada Allah SWT, sebagai maniestasi kekhalifaan kita sebagai manusia.
Wakulil haq' min Rabbikum
(sesungguhnya kebenaran itu datangnya dari Tuhan)



Billahitaufiq Walhidayah
Wassalamu'alaikum, WR, Wb.

1 Response to "KEPENGURUSAN HMI CABANG KUPANG PERIODE 2008-2009"

http://sangkebenaran.blogspot.com/


Inilah contoh ajaran PEDOFILIA Muhammad:

Dikisahkan Jabir bin 'Abdullah: Ketika aku menikah, Rasullah bersabda kepadaku, perempuan macam apa yang kamu nikahi? Aku menjawab, aku menikahi seorang janda muda? Beliau bersabda, Mengapa kamu tidak bernafsu pada para perawan dan memanjakannya? Jabir juga berkisah: Rasullah bersabda, mengapa kamu tidak menikahi seorang perawan muda sehingga kamu dapat memuaskan nafsumu dengannya dan dia denganmu?

Hadits Bukhari Vol.7, Kitab 62, Pasal 17.


A'isyah (Allah dibuatnya bahagia) diceritakan bahwa Rasullah (semoga damai sejahtera atas beliau) dinikahi ketika usianya tujuh tahun, dan diambilnya untuk rumahnya sebagai pengantin ketika dia sembilan tahun, dan bonekanya masih bersamanya; dan ketika beliau (Nabi Yang Kudus) mampus usianya delapan belas tahun.

Kitab Sahih Muslim 8, Pasal 3311.


Dikisahkan A'isyah: bahwa Nabi menikahinya ketika dia berusia enam tahun dan menikmati pernikahannya ketika berusia sembilan tahun. Hisham berkata: Aku telah menceritakan bahwa A'isyah menghabiskan waktunya dengan Nabi selama sembilan tahun (yaitu hingga kematiannya).

Bukhari Vol.7, Kitab 62, Pasal 65.


Muhammad telah bernasu birahi kepada anak berusia enam tahun. Apa yang tersimpan di dalam otak Muhammad? Apa pikiran mesum nabi merupakan perbuatan suci?

Post a Comment